Diduga Intimidasi Siswa Kelas 1, Oknum Guru SD di Jatiasih Dikecam Orang Tua

MediaSuaraMabes, Kota Bekasi – Dunia pendidikan kembali tercoreng. Seorang siswa kelas 1 di SDN X Jatiasih, Kota Bekasi, dilaporkan mengalami trauma psikis setelah diduga diintimidasi oleh oknum guru mata pelajaran Bahasa Sunda berinisial Y.

Insiden ini mencuat setelah orang tua siswa mendapati anaknya pulang sekolah dalam kondisi menangis dan ketakutan pada Senin, 15 September 2025. Sang anak, yang masih duduk di bangku kelas 1 SD, mengaku merasa ditekan secara emosional karena tidak memahami pelajaran yang disampaikan.

“Anak kami menangis ketika dijemput. Setelah ditanya, ia bilang tidak mengerti pelajaran Bahasa Sunda, lalu mendapat perlakuan yang membuatnya takut,” ujar orang tua korban yang meminta namanya tidak dipublikasikan.

Masalah tak berhenti di situ. Ketika ibu siswa mencoba klarifikasi langsung ke kelas, guru Y diduga menyebut sang anak belum bisa membaca, meski kemudian meralat ucapannya setelah orang tua menegaskan bahwa sang anak sudah bisa membaca namun belum memahami Bahasa Sunda — hal yang wajar mengingat latar belakang keluarga berasal dari luar Jawa.

Yang mengejutkan, ketika orang tua menyampaikan bahwa belum menerima buku paket Bahasa Sunda, guru justru melempar tanggung jawab dengan menyatakan bahwa orang tua harus berusaha sendiri.

“Kami tidak paham Bahasa Sunda, tapi guru hanya bilang ‘ya sudah’ lalu kembali ke mejanya. Anak kami dibiarkan menangis di kelas tanpa pendampingan,” lanjut orang tua tersebut.

Lebih lanjut, sejumlah orang tua murid lain juga mengeluhkan sikap otoriter guru Y. Beberapa larangan dinilai tidak masuk akal, seperti larangan minum air kecuali satu botol dihabiskan sekaligus dan tidak memperbolehkan ke toilet selama pelajaran.

“Ada murid yang sampai takut masuk sekolah setiap Senin karena ketemu guru ini,” ungkap salah satu orang tua.

Situasi ini telah berdampak serius terhadap kondisi mental siswa. Anak mulai menunjukkan tanda-tanda ketakutan, kehilangan semangat belajar, dan penolakan terhadap sekolah.

“Saya takut anak saya jadi trauma jangka panjang. Anak saya masih kecil, baru kelas 1, tidak seharusnya diperlakukan seperti itu,” tegasnya.

Pihak orang tua kini mendesak Dinas Pendidikan Kota Bekasi untuk turun tangan melakukan evaluasi terhadap perilaku guru bersangkutan. Mereka juga meminta agar pendekatan pendidikan usia dini dikembalikan pada prinsip kesabaran, empati, dan pembinaan karakter.

Kepala Sekolah: Akan Ditindaklanjuti

Dikonfirmasi terpisah, Kepala SDN Jatiasih X, Saidah, menyampaikan apresiasi atas laporan yang masuk dan menyatakan komitmennya untuk menindaklanjuti dugaan pelanggaran etika mengajar tersebut.

“Saya berterima kasih atas aduan dari orang tua. Kami akan mengevaluasi guru yang bersangkutan,” ujarnya.

Saidah juga menegaskan bahwa pihak sekolah tidak mentolerir tindakan yang merugikan siswa, terutama yang berdampak pada kesehatan mental dan psikologis anak.

Catatan Redaksi:

Kasus ini menjadi peringatan serius bahwa pendekatan pendidikan di tingkat dasar harus berpihak pada perlindungan psikologis anak, bukan sekadar transfer ilmu. Di usia dini, empati lebih penting daripada ekspektasi akademik. Dinas Pendidikan perlu turun tangan, tidak hanya menyelesaikan kasus, tetapi juga memperbaiki sistem pembinaan guru.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *