MediaSuaraMabes, Jakarta – Suasana puncak Istiqlal Halal Walk 2025 semakin semarak dengan Gema tabuhan rampak bedug yang menggema di kawasan Masjid Istiqlal, dengan diselenggarakannya Lomba Rampak Bedug pada 24 Agustus 2025 sebagai ikhtiar melestarikan kekayaan seni budaya Islam di Indonesia. Lantaran Bedug yang selama ini dikenal sebagai penanda waktu salat, tampil dalam nuansa baru sebagai media ekspresi seni yang menonjolkan kekompakan, kekuatan, dan kreativitas.
Beragam peserta dari berbagai daerah mengikuti perlombaan rampak Bedug ini, mulai dari kelompok sekolah, komunitas seni, hingga sanggar budaya. Ribuan pengunjung hadir menyaksikan langsung di kawasan Masjid Istiqlal serta turut menambah kemeriahan dengan sorak- sorai dukungan dan tepuk tangan di setiap penampilan.
Gelaran lomba ini menjadi bentuk dukungan Masjid Istiqlal dalam melestarikan tradisi Islam yang telah mengakar kuat di masyarakat. Bedug tidak hanya dikenal sebagai alat penanda waktu ibadah, tetapi juga bagian dari ekspresi seni dan budaya yang bernilai tinggi.
Rizka, salah satu panitia penyelenggara menegaskan bahwa ajang ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga bagian dari komitmen Masjid Istiqlal dalam melestarikan tradisi seni budaya Islam.
“Melalui lomba rampak bedug, kami ingin menunjukkan bahwa Istiqlal bukan hanya pusat ibadah, tetapi juga pusat kebudayaan Islam yang terbuka bagi semua kalangan,
“Demikian tegas Rizka selaku penanggung jawab lomba tersebut. Dalam keterangan tertulinya kepada SuaraMabes.com di Jakarta, Selasa (23/9/2025).
Selanjutnya Rizka menjelaskan bahwa Rampak Bedug memiliki akar sejarah yang kuat di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Awalnya, bedug digunakan sebagai penanda waktu salat dan media syiar Islam.
“Di kemudian hari, tradisi Bedug ini semakin berkembang menjadi seni pertunjukan kolektif yang dimainkan secara serempak dengan pola ritme khas Rampak Bedug tidak hanya menyatukan irama musik, tetapi juga nilai kebersamaan, gotong royong, dan religiusitas masyarakat.” lanjut Rizka.
Sementara itu salah seorang perwakilan peserta dari tim Pemuda Hijrah MAN 10 Jakarta menyampaikan kebanggaannya. “Kami bangga bisa menunjukkan bahwa generasi muda tetap bisa berkarya melalui seni islami. Rampak bedug bukan hanya tradisi, tetapi juga sarana untuk mempererat persaudaraan,” ucap salah satu anggota tim.
Sementara itu, Aldi, salah satu anggota tim Sanggar Pamanah Rasa Pandeglang Banten, menekankan arti penting pelestarian budaya.
“Bedug adalah identitas budaya Islam di Indonesia. Dengan mengikuti lomba ini, kami ingin ikut menjaga warisan yang tak ternilai agar tidak hilang ditelan zaman,” ungkap Aldi perwakilan sanggar.
Lebih lanjut perwakilan sanggar Aldi menambah tradisi rampak bedug yang berasal dari Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten ini memiliki sejarah panjang, berawal dari penggunaan bedug sebagai penanda waktu ibadah dan syiar Islam, sebelum berkembang menjadi pertunjukan seni kolektif yang sarat nilai kebersamaan dan religiusitas.
Sementara itu menurut Ridwan sebagai Humas Istiqlal Halal Walk 2025, tampak suasana semakin semarak dengan antusiasme ribuan pengunjung yang memadati kawasan masjid Istiqlal Jakarta.
Lanjutnya Gelaran ini tidak hanya memperkuat literasi halal, tetapi juga menghidupkan kembali kesenian budaya yang Islami agar tetap relevan dan dicintai lintas generasi.
“Maka dengan menggabungkan literasi halal dan pelestarian seni tradisi, Istiqlal Halal Walk 2025 berupaya menjembatani generasi muda dengan akar budayanya. Kegiatan ini ya diharapkan dapat membuat kesenian Islami tetap relevan, dicintai, dan diwariskan oleh lintas generasi muda penerus Bangsa dan Negara Indonesia.” Pungkasnya.
Editor :(Ichsan)